20 November 2007

Yang tua, yang muda, dan seember air...

Suatu hari, seorang anak muda tidak sengaja menabrak seember air yang ada di tengah pintu masuk. Air dalam ember itu tentu jadi tumpah dan membasahi beberapa bagian ruangan tersebut. Karena suara berisik itu, orang tua anak itu lalu datang dan terkejut melihat kejadian itu. Tanpa pikir panjang, orang tua itu langsung memarahi anak muda itu sambil menuding-nuding.


“Kamu ini kalau jalan nggak pake mata ya???Kok bisa ember air sebesar itu nggak kelihatan??!!Apa kamu nggak bisa hati-hati kalau jalan di dalam rumah?!!Lihat ni jadi basah semua ruangan ini!!Disini kan banyak buku-buku penting dan mahal di lantai, kalau basah dan rusak semua gimana??!Kamu bisa perbaiki atau belikan lagi??Masih muda banyk tingkahnya, ceroboh juga.Cepat kamu bersihkan semua ini!30 menit lagi aku akan kembali dan semua harus sudah rapi seperti semula.Paham?”


“Saya paham.Maaf, saya sangat ceroboh karena tidak memperhatikan saat berjalan sehingga menabrak dan menumpahkan air itu.Lain kali tidak akan saya ulang, saya akan lebih berhati-hati.Akan saya bersihkan dan rapikan ruangan ini seperti semula.” Anak muda itu hanya bisa menunduk ketakutan dan penuh penyesalan. Setelah itu, dia mulai membersihkan akibat perbuatannya tadi.



Di suatu hari yang lain, tiba-tiba terdengar suara ribut dari pintu depan. Rupanya orang tua tadi telah menabrak seember air yang ada di dekat pintu sampai tumpah. Airnya benar-benar menggenangi sebagian besar ruangan itu. Anak muda yang kaget mendengar suara berisik, berlari menuju ruangan itu dan sangat kaget melihat kondisi ruangan itu yang seperti kebanjiran. Anak muda itu menjadi lebih kaget lagi karena sesaat setelah dia muncul di ruangan itu, orang tua itu tampak berkacak pinggang dengan mata melotot ke arahnya. Dan meluncurlah berbagai sumpah serapahnya.


“Kurang ajar!!!Siapa yang meletakkan ember berisi air ini di dekat pintu?Kenapa kamu ceroboh sekali!Kalau diletakkan di tengah jalan begini, siapapun yang lewat akan bisa menabraknya!!Apa kamu tidak tau kalau aku tadi sedang buru-buru??!Jelas-jelas ember ini sangat mengganggu orang yang lewat dan menghalangi jalanku!!Sekarang cepat kamu bersihkan dan rapikan ruangan ini sampai kembali seperti semula!Cepat, sebelum air itu mulai merusak benda-benda berharga yang ada di ruangan ini!!Kenapa kamu masih saja ceroboh??!Dasar anak muda!Memang nggak pernah bisa hati-hati!Dalam 15 menit ruangan ini harus sudah rapi!Mengerti?”


“Saya mengerti.Maaf, saya memang ceroboh karena meletakkan ember berisi air itu di dekat pintu, lain kali tidak akan saya ulangi lagi.Akan segera saya bersihkan ruangan ini.”Anak muda itu tidak banyak bicara lagi dan mulai bekerja membersihkan air di ruangan itu. Sementara itu, orang tua itu ternyata sudah pergi, meninggalkan anak muda itu sendiri dengan segudang tanda tanya yang tak mampu dilepaskannya.Ah, apalah artinya?





[peristiwa sejenis sering terjadi di masyarakat kita,bukan hanya tentang seember air, tapi tentang hampir setiap hal di kehidupan kita sehari-hari. Memang tidak bisa dan tidak boleh digeneralisir, tapi ini secara nyata banyak terjadi, banyak kita lihat, atau bahkan kita alami sendiri. Ada apa dengan fenomena ini?]

08 November 2007

jingga langit hati.....

Sore ini langit jingga. Tapi hatiku sedang biru. Mungkin rindu, mungkin pilu. Tak ada yang bisa katakan mengapa. Tak ada yang bisa jelaskan jawabnya. Aku berjalan sendiri. Mengejar bayangan langkah yang berlari. Menyusuri setiap jejak ironi yang terjadi. Menyibak sisa-sisa tirai hari ini. Dan menanti.


Senja hampir kelam. Melukis hitam pada malam. Anganku mulai tenggelam. Seiring mentari yang terbenam. Aku masih menapakkan langkah. Menghirup udara dingin yang basah. Mengais keping-keping gundah. Mencoba tetap menegakkan arah. Aku pasrah. Bertahan agar tak goyah. Meraih serpihan mimpi. Dan tetap menanti.


Gelap semakin pekat. Memeluk bumi erat. Membiaskan sedih yang tersirat. Tak ada tempat merapat. Tak tau harus kemana mendekat. Sakit rasanya menyayat. Pedih begitu hebat. Lidahku kelu. Rasaku beku. Tapi hatiku masih biru. Masih tetap sendiri. Dan aku masih menanti.