18 December 2007

"p e r s a h a b a t a n" katanya...

Pernah ada anak lelaki dengan watak buruk. Ayahnya memberi dia sekantung penuh paku, dan menyuruh anaknya memaku satu batang paku di pagar pekarangan setiap kali dia kehilangan kesabarannya atau berselisih paham dengan orang lain.


Hari pertama dia memaku 37 batang paku di pagar. Pada minggu-minggu berikutnya, dia belajar untuk menahan diri, dan jumlah paku yang dipakainya berkurang dari hari ke hari. Dia mendapatkan bahwa lebih gampang menahan diri daripada memaku di pagar.


Akhirnya tiba hari ketika dia tidak perlu lagi memaku sebatang paku pun dan dengan gembira disampaikannya hal itu kepada ayahnya.


Ayahnya kemudian menyuruhnya mencabut sebatang paku dari pagar setiap hari bila dia berhasil menahan diri/bersabar. Hari-hari berlalu dan akhirnya tiba harinya dia bisa menyampaikan kepada ayahnya bahwa semua paku sudah tercabut dari pagar.


Sang ayah membawa anaknya ke pagar dan berkata: “anakku, kamu sudah berlaku baik, tapi coba lihat betapa banyak lubang yang ada di pagar ini”


Pagar ini tidak akan kembali seperti semula. Kalau kamu berselisih paham atau bertengkar dengan orang lain, hal itu selalu meninggalkan luka seperti pada pagar ini.


Kau bisa menusukkan pisau di punggung orang dan mencabutnya kembali, tapi akan meninggalkan luka. Tak peduli berapa kali kau meminta maaf/menyesal, lukanya tetap tinggal. Luka melalui ucapan sama perihnya seperti luka fisik.

Kawan-kawan adalah perhiasan yang langka. Mereka membuatmu tertawa dan memberimu semangat. Mereka bersedia mendengarkan jika itu kau perlukan, mereka menunjang dan membuka hatimu. Tunjukkanlah kepada teman-temanmu betapa kau menyukai mereka.



Keindahan persahabatan adalah bahwa kamu tahu kepada siapa kamu dapat mempercayakan rahasia.” (Alessandro Manzoni)



Berilah kepada orang, lebih dari yang mereka harapkan, dan lakukan secara bijaksana.


Yakinlah pada dirimu ketika berkata “aku mencintaimu”.


Jika kau berkata “aku menyesal”, tataplah mata lawan bicaramu.


Jangan permainkan harapan orang lain. Mungkin kau bisa tersinggung, tapi itulah satu-satunya cara untuk menjalani hidupmu.


Jangan adili orang lain, tapi adili dirimu secara kritis.


Bicaralah pelan, tapi cepat dalam berpikir.


Jika kau ditanya sesuatu yang tak ingin kau jawab, senyumlah, dan tanya “mengapa kamu mau tahu?”


Ingatlah bahwa kasih yang paling indah dan sukses yang terbesar mengandung banyak resiko.


Jika kau kalah, jangan lupakan pelajaran dibalik kekalahan itu.


Hargai dirimu. Hargai orang lain. Bertanggungjawablah atas tindakanmu.


Jangan biarkan selisih paham merusak indahnya persahabatan.


Tersenyumlah ketika menjawab telepon, orang yang menelponmu akan mendengarnya dari suaramu.


Baca yang tersirat.


Bila kau tidak mendapatkan apa yang kau inginkan, mungkin saja itu keberuntunganmu.




*dikirim oleh seorang sahabat di sebuah milis

11 December 2007

Sajak tertidur di pelupuk waktu
Lentera padam satu-satu
Bahkan mentari telah kubunuh di kamarku
Seperti juga aku yang terpigura bisu di sudut ruangmu
Maka...biar kubisikkan kabar pada lelakiku
Tentang rindu yang tercipta diantara derit pintu terbuka tertutup
Menggali suatu yang coba kita sembunyikan
Dibalik kanvas-kanvas sajak cinta tanpa alur
Senyum bintang kecil yang gagal kita cipta nada
Jatuh berkeping di atap kota
Jatuh dan terlupa seperti ikrar yang ditasbihkan kaum
Tentang cinta yang selalu gagal mencapai pelabuhannya
Maka lelakiku...
Biarkan pagi memecah embun di bebatuan
Memahat prasasti kasih di setiap persimpangan
Tinggalkan saja...jangan ada kata perpisahan
Jangan ada tangis
Seperti perginya daun...
Luruh meninggalkan ranting-ranting kesepian
Memecah lebur rindu tak berkesudahan
Musim telah sempurna
Dan jika debur takbir memecah subuh di bening langitmu,
Pejamkan sekejap telaga teduh yang pernah ingin kuselami
Ijinkan ikhlasku menyapamu
Mungkin untuk terakhir kali
Sebelum aku harus melangkah menepi








* sejenak menepi.....meneduhkan hati.................

LOVE needS nO reaSoN...

Setiap sudut kota ini

Adalah syair yang direntangkan

Sepanjang itu kita tulis

Tak pernah sempat dibaca

Selalu saja ada kata dan kalimat baru

Setiap kali kita ingin berhenti...

Seperti cintamu yang mengalir

Di setiap sel tubuhku

Menjadi nafas dan denyut nadiku

Membuatku mati

Jika tak kau cintai...

Pasung aku dalam palung pikiranmu

Melihat dengan matamu

Berkata dengan mulutmu

Lebur aku ke dalam keseluruhanmu

Memahamimu tanpa meleset

Hingga koma dan titik...

Perlukah istana

Untuk membuktikan kesungguhan

Perlukan megah

Untuk mengabadikan kesetiaan

Aku cuma punya hati

Mencintaimu,

Dengan sederhana...

Aku mencintaimu


Karena aku mencintaimu...


Tak perlu alasan lain!










* percaya...cinta bisa menemukan jalannya sendiri...

08 December 2007

m a s i h . . .

Hari ini rasanya lain

Ada selapis kabut menyelimuti hati

Ada sehelai tirai menggantung di langit hati

Panggung pun dibuka

Dan seolah cerita itu berputar kembali

Ada yang membuatku selalu teringat

Ada yang membuatnya begitu lekat

Ketika semuanya datang dan pergi begitu cepat

Ketika rasa menanggung beban begitu berat

Sudah kucoba untuk tak menatap

Sudah kucoba untuk tak lagi berharap

Sudah penuh aku menyadari

Sudah cukup aku tersakiti

Tapi rasa ini tak juga beranjak pergi

Kerinduan ini begitu dalam tertanam di hati

Hingga lapis-lapis langit hati ini mulai runtuh

Hingga rongga-rongga hati ini mulai luluh

Letih raga ini berlinang peluh

Lelah jiwa ini berkubang keluh

Mimpi ini harus terus berlari

Tak ada yang perlu disesali




20.25 WIB


*untuk seseorang yang pernah membawa cahaya di hadirnya.....

Sahabat Jiwa

Sepotong hati ditawarkan padaku

Katanya “ini penawar racun untuk lukamu...”

Aku menatap matanya

Bertanya apakah tak apa

Aku belum mau menerimanya

Aku masih takut empedunya...





Dia datang lagi

Membawa potongan hati yang sama

Katanya “aku ingin kau menyimpannya...”

Aku kembali bertanya untuk apa

Dia tersenyum

Dia hanya ingin aku menyimpannya

Aku masih takut empedunya...





Lagi-lagi dia datang

Masih dengan mata yang sama

Dengan senyum yang sama juga

Menyerahkan potongan hati yang sama

Katanya “aku ingin kau memilikinya...”

Sungguh aku tak lagi punya kata

Aku tak lagi punya tanya





Ketika sahabat jiwa

Ada dan tiada tak apa





19.54 WIB



*sahabat jiwa.........benarkah ada?