31 May 2005

"Sebuah Sajak Tanpa Alur"

Ketika kata tak lagi berbahasa,
Saat nada sudah hampir habis,
Tak punya jiwa ’tuk mengurai duka


Perih ini,
Menggores relung kami,
Menusuk jasad kami
Raga ini sudah letih,
Hati ini tak ingin kembali


Ketika badai menyapa ruh-ruh kami,
Saat samudra menghempas nyawa-nyawa kami


Tangan itu,
Melukis kisah kami,
Di balik kanvas-kanvas yang terkoyak,
Memahat luka kami,
Pada prasasti bisu yang membeku


Satu tanya mencabik kepedihan,
Tapi tak jua kami temukan jawabnya
Ketika lorong itu semakin panjang,
Semakin pekat oleh genangan air mata,
Menghanyutkan sedikit perih yang tersisa


Sementara kami masih terus berjalan,
Bukan tak membawa apa-apa,
Kami membawa setangkai senyuman,
Dengan kuncup harapan yang menanti mekar,
Kelopak cinta yang menyangganya,
Daun-daun kasih sayang yang memayunginya,
Dan duri-duri kepasrahan yang menguatkannya


Kami pergi, bukan untuk pergi
Kami pergi, tak hendak lari
Tapi kami pergi,
Untuk kembali di sini
Setelah kami temukan,
Setitik cahaya asa dalam mata kami
Untuk kembali,
Menggapai cita kami,
Membangun mimpi kami
Bukan di tempat lain,
Tapi di sini, Negeri kami,
Ibu Pertiwi...





16012005_21.02pm

.: Aceh jangan besedih lagi
Indonesia jangan menangis lagi
Kutitipkan sebingkai doa
Semoga Allah mendengarnya
:.

No comments: